Minggu, 28 Februari 2010

Karenamu!


Karenamu,
Sudah tentu!
Engkau yang membelai hatiku menjadi rindu
Engkau yang melukisi mataku tak lagi hitam, tapi membiru dan hijau
Engkau yang membisikkan doa dan bukan pujian

Ah,
Kenapa waktu seperti terpasung
Sedangkan kita ingin bergegas
Saling menjemput dengan tangan terentang
Membukakan hati yang dipenuhi cawan kerinduan

Karenamu, begitu katamu,
Karenamu, lalu begitu kataku

Ini kali, hanya ingin berujar jujur,
cinta ini sudah terlalu....

Inilah Rumah Kami: Saya Ingin Jadi Presiden

Inilah Rumah Kami: Saya Ingin Jadi Presiden

Inilah Rumah Kami: Sruputt! Segarnya Kunyit Asem

Inilah Rumah Kami: Sruputt! Segarnya Kunyit Asem

Sruputt! Segarnya Kunyit Asem


Setelah "ngrumpi" makanan, giliran minuman favorit layak untuk di perbincangkan. Hehehehe... Bagi kami, selain kopi; tubruk, mix dan jahe, kunyit asem juga menjadi pilihan menyegarkan.

Minuman yang bahan dasarnya kalo enggak salah (pasti bener. hehehe) terbuat dari daun sinom dan asem itu mudah diperoleh. Mbok-mbok jamu gendhong biasanya "menyelipkan" minuman ini disamping jamu "berat" lainnya; Paitan, Beras Kencur, Lempuyang dsb. Kunir asem diminum setelah jejamuan yang rasanya pahit. Hehehhe.

Di swalayan juga banyak kunyit asem instan berbagai merek yang dikemas dalam wadah kotak. Dijual dalam kondisi dingin. Ini juga langsung diminum. Di Jogja, kunyit asem juga banyak dijajakan mas-mas bawa gerobak jamu. Banyak dijumpai di kawasan bunderan UGM. Kunyit asem dijual bersama "teman-teman"-nya; Gula Asem dan Beras Kencur. Diminum pas siang hari bolong, wah rasanya kayak minum air surga. Hehehehee. Tapi buat yang tenggorokannya agak-agak "sensi", sebaiknya siy tidak usah coba-coba minum. Takutnya tar "serik" dan batuk. Karena kebanyakan gula yang dipake bukan gula murni alias 1000 manis.

Nah kalo kunyit asem favorit kami, tak lain tak bukan, (lagi-lagi) kunyit asem serbuk. Hehehehe.. Dikemas plastik mungil seukuran jempol plus dengan asem jawa yang juga dikemas dalam plastik. Untuk menikmati secangkir kunyit asem, cukup dengan menyeduh serbuk ini dengan air hangat. Aroma kunyit plus asem menguar ketika sendok teh mengaduk butiran serbuk ini. Biasanya kami membubuhkan sedikit gula untuk menambah rasa manis.

Selain menyegarkan badan, minuman ini juga berkhasiat untuk meredakan rasa sakit atau kram perut yang biasa dialami oleh perempuan menjelang haid. Di samping untuk mengurangi aroma badan yang kurang oke. Sempet denger juga siy, kalo kunyit asem juga untuk menjaga badan agar tetap langsing. Hehehehhe.

Sruputt!!!! Segarnya.....


Salam segar,

Saya Ingin Jadi Presiden


WOW! Ternyata sejak kecil, presiden Amerika, Barack Obama, sudah bercita-cita jadi presiden. Tadi pagi-pagi, pas lihat Seputar Indonesia pagi, ada liputan khusus mengenai Obama.

Apalagi kalau bukan seputar masa kecil presiden pertama AS yang berkulit hitam itu. Ceritanya ketika Obama bersekolah di SD Asisi, kawasan Menteng Dalam, Jakarta. Meskipun cuma sebentar belajar di sekolah itu, ada secuil kenangan sang presiden yang masih diingat oleh gurunya.

Waktu sekolah, Obama sangat menyukai pelajaran mengarang. Walaupun kata gurunya, untuk pelajaran bahasa Indonesia, Obama kecil kesulitan, karena lidahnya terbiasa pake bahasa Inggris.

Ketika ada pelajaran membuat karangan, Obama menuliskan IMPIAN-nya. "Saya ingin jadi presiden dan keliling-keliling", tiru gurunya sambil mengingat-ingat tulisan sang murid. Memang siy, kata gurunya, Obama kecil tidak spesifik menyebutkan dia ingin jadi presiden apa. Begitu pula dengan "keliling-keliling" itu maksudnya apa.

Nah, baru setelah Obama jadi presiden, sang guru paham, bahwa muridnya ingin jadi "presiden" sungguhan dan keliling dunia.

Kisah itu membuat tertegun. Benar yach ternyata, impian itu harus dituliskan. Obama sang presiden Amerika itu telah membuktikannya. Ia telah menyiapkan mimpi besarnya sejak masih kanak-kanak. Meskipun mungkin, ketika menuliskan cita-citanya dalam karangan, Obama tidak benar-benar bersungguh-sungguh ingin jadi pemimpin negara. Maklumlah, cita-cita semasa anak-anak seirng berubah-ubah.

Tapi impian adalah sebentuk pengharapan indah kepada Tuhan. Laksana doa yang dipanjatkan siang dan malam. Karangan Obama kecil adalah keinginan luar biasa.
Barangkali Obama tak pernah tahu, bahwa ketika ia menuliskan cita-citanya itu, "tangan" Tuhan bekerja. Obama mewujudkan mimpi kanak-kanaknya setelah berpuluh tahun kemudian.

Jangan pernah STOP bercita-cita, berkeinginan dan ber-MIMPI. Paulo Coelho pernah berkata, "Sesungguhnya ketika kita menginginkan sesuatu, seluruh alam berkolaborasi mewujudkannya!".


Salam Impian,

Inilah Rumah Kami: Yumminya Sarden Bumbu

Inilah Rumah Kami: Yumminya Sarden Bumbu

Yumminya Sarden Bumbu

...
Kuliner lagi makanan lagi. Ini kali cerita soal sarden bumbu. Iya, itu menu favorit kami selain cilok. Hehehehhe.

Sarden, makanan yang basic-nya ikan tuna atau tongkol-tongkolan yang dibumbuin saus, dikemas dalam kaleng itu, di tangan kami menjadi menu "ter-enak" saat lapar dan bosan menyantap makanan lainnya. Heheheheh.

Cuman sarden ala kami berbeda. Tidak langsung disantap begitu saja. Tapi melalui tahapan "pem-bumbuan" lagi. Sebagai pemula, bumbu andalan kami; Bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit, potongan tomat segar, gula dan garam plus sedikit kecap dan saus sambal botolan. Eitt,ada lagi! Kami biasa menambahkan daun jeruk purut dan potongan blimbing wuluh untuk "efek" rasa masam yang menggigit.

Bumbu itu di tumis dulu hingga harum, baru sardennya dituangkan ke dalam penggorengan. Selain aroma wangi yang ditimbulkan dari efek bawang-bawangan, bau segar juga tercium dari daun jeruk dan si limbing wuluh plus tomat.Taraaaaa! Jadilah sarden bumbu yang nikmat.
Enaknya disantap dengan nasi hangat dan snack merek Ipin & Upin,yang mirip dengan jajanan taro. Wuiih gulindang rasanya!

Mau coba?! Siapa tahu sarden bumbu dengan sentuhan cinta akan memuat selera makan anda jadi meningkat..Hehehehehe..

Salam bumbu cinta,

Menulis, Siapa Takut?


MENULIS, salah satu hobi yang bagi sebagian orang menyenangkan. Tapi banyak juga yang tidak menyukainya karena dianggap susah. Menuangkan kata demi kata menjadi rangkaian kalimat mengandung makna, butuh ketekunan dan kesabaran. Apalagi menuangkan gagasan agar dapat menginspirasinya.

Menulis, mudah dikatakan. Namun tidak mudah direalisasikan. Karena sesungguhnya ketika mulai menulis, kita telah menyampaikan isi hati kita. Apa yang kita tulis adalah cerminan diri kita. Sekaligus mewakili perasaan yang di dalamnya ada pengetahuan, wawasan dan pengalaman.

Menulis, dewasa ini menjadi alternatif profesi yang bila ditekuni akan menghasilkan financial menjanjikan. Apalagi banyak penerbitan yang membuka kesempatan bagi penulis untuk ”membukukan” tulisan-tulisannya.
Permasalahannya adalah, ketidakpercayaan diri kita untuk ”memublikasikan” tulisan yang kita buat; baik melalui media cetak, blog maupun buletin kampus. Ada keraguan yang hinggap, ”jangan-jangan” tulisan kita tidak layak untuk dibaca orang lain atau ketakutan ditertawakan pembaca. Hal-hal inilah yang semestinya diminimalkan atau bahkan dihilangkan sama sekali ketika kita sudah memiliki niat untuk menulis. Yakinlah! Apapun yang kita tulis akan memberikan manfaat bagi orang lain. Sekecil apapun itu.

Ketika mengampu kelas Public Relations, saya sampaikan pada peserta, memulai menulis itu mudah. Caranya? Ya dengan menulis. Lalu apa yang harus ditulis? Sebagai pemula, kita mulai saja dari hal-hal sederhana. Apa yang sedang kita alami, pengalaman dalam perjalanan atau bahkan kegundahan hati. Ya, seperti kita biasa curhat dalam diary.
Dalam menulis, kita buat mudah saja. Make it simple. Tidak usah terbebani harus merangkai kata dengan sajak layaknya pujangga. Atau menulis dengan bahasa koran. Mengalir saja. Seperti mata air yang jatuh dari puncak tebing. Gunakan bahasa yang membuat anda nyaman dan mudah dipahami. Lalu, berapa panjang tulisan yang kita buat? Buatlah sepanjang anda bisa.. Jangan membatasi ide dan inspirasi yang mengalir dalam pikiran anda.

Setelah selesai menulis, coba baca ulang kembali rangkaian kata demi kata yang anda buat. Pastikan, ketika anda membacanya merasa nyaman, tidak bosan dan menimbullkan penasaran lagi untuk membuat ”sekuel” atau lanjutan tulisan anda. Jika ketika anda baca tulisan anda merasa capek, bosan atau ”garing”, coba teliti pilihan kata yang anda gunakan. Gantilah kata-kata yang menurut anda terasa ”tidak nyambung” atau ”terlalu berat” dengan kata-kata yang baru dengan makna yang sama. Lalu, jika sudah, namun anda merasa kalimat-kalimat yang anda tulis membuat letih, coba periksa tanda baca yang digunakan. Jangan-jangan dalam satu (1) paragraf kalimat yang anda buat hanya ada satu titik saja, tanpa jeda.

Setelah diperbaiki, teliti kembali dan baca ulang lagi. Jika masih memungkinkan untuk menambahkan, mengganti atau mengembangkan lebih luas lagi tulisan yang anda buat. Mudah bukan? Nah, sebagai test drive, mintalah teman atau rekan anda untuk membaca tulisan dan memberikan komentar. Itu merupakan langkah pertama anda dalam memublikasikan tulisan.Lantas, saatnya gunakan keberanian anda untuk mengirimkan tulisan ke media cetak, buletin, media internal kampus atau perusahaan. Bisa juga anda posting ke blogs situs-situs pertemanan. Tidak usah malu atau ragu. Bersyukurlah jika ada yang mengomentari tulisan anda. Apapun komentar itu. Karena itu berarti, tulisan anda mendapatkan perhatian. Setiap komentar jadikan masukan untuk memerbaiki kualitas tulisan anda. Semakin sering anda menulis, kemampuan, intuisi dan ”rasa” anda akan semakin tajam dan terasah. Jangan lupa, perbanyak frekuensi membaca anda untuk menambah khazanah tulisan-tulisan anda.

Jadikan pula menulis sebagai salah satu agenda rutin yang anda merasa ”menyesal” bila sehari saja anda tak menggoreskan pena atau mengetik di PC anda. Jadikan menulis layaknya anda makan tiga (3) kali sehari jika memungkinkan. Seperti kekasih yang selalu kita sapa setiap apapun. Menjadikan menulis sebagai salah satu ibadah padaNYA, karena apa yang kita tulis mampu menginsipirasi orang lain.
Menulis? Siapa Takut?!



Tulisan ini juga diposting di www.teraskatacristal.multiply.com

Inilah Rumah Kami: Mewujudkan Legenda Hidup

Inilah Rumah Kami: Mewujudkan Legenda Hidup

Mewujudkan Legenda Hidup


”Mimpi dan kerja keras adalah pasangan hidup yang tak dapat dipisahkan untuk mewujudkan legenda hidup..” (Suminaring Prasojo, dalam novel Sang Pelopor karya Alang-Alang Timur)


Sebuah petikan yang sarat makna dan semakin mengukuhkan bahwa keberadaan kita di semesta ini adalah perjuangan untuk meraih keinginan. Untuk mencapai puncak mimpi, salah satu jalan yang ditempuh yakni dengan kerja keras. Bermimpi saja tanpa berupaya apapun, bagaikan pungguk merindukan bulan. Sayangnya, tak banyak orang yang sadar akan hal itu.

Kehidupannya lebih banyak diisi untuk hal-hal yang tidak berguna. Waktu yang diberikan Tuhan dihabiskan tanpa makna. Ketika apa yang diinginkan tidak tercapai, menyalahkan nasib.

Sebelum itu terjadi pada diri kita, ayo kita segera bangkit dan mewujudkan mimpi!! Me-manifestasikan harapan-harapan kita dalam karya nyata. Meng-kolaborasikan seluruh kekuatan yang kita miliki; Integritas diri, kemampuan komunikasi, keramahtamahan dan sikap pantang menyerah bersama doa yang tak henti kita baitkan pada sang pemilik kehidupan.

Memang, tidak mudah untuk mewujudkan keinginan kita. Jika tidak dilandasi keinginan dan semangat yang kuat. Tetapi sekali lagi, jika hati kita sudah berniat, maka apapun tak ada yang mampu menghalangi. Bahkan bila diibaratkan, meski petir menyambar, kita tidak akan surut selangkah. Mengingatkan pada semboyan sakti yang diucapkan para pejuang dari tanah Surabaya, ”Rawe-rawe rantas malang-malang putung.”

Untuk menuju niat dan semangat yang terjaga, hati dan pikiran kita seyogyanya ”bersih” dan penuh ikhlas. Bersih berarti tidak terkontaminasi keinginan-keinginan negatif dan selalu dilandasi kemauan untuk memberikan yang terbaik bagi diri sendiri dan manfaat bagi orang lain.

Selain itu, untuk menjaga konsistensi cita-cita kita, tak ada salahnya kita memilih lingkungan yang beratmosfer positif. Diakui atau tidak, komunitas yang baik dapat memberikan pengaruh yang baik pula bagi kita. Bergaul dengan teman-teman yang saling menginspirasi dan memotivasi membuat semangat kita tak pernah redup. Bahkan jika memungkinkan untuk berkompetisi dalam mencapai keinginan. Tak ada salahnya dalam pertemanan maupun persahabatan, sekaligus saling bersaing untuk kemajuan kualitas hidup. Kompetisi disini berarti saling memberikan dukungan dan spirit untuk meraih keberhasilan.

Mimpi dan keinginan yang kita miliki sebaiknya selalu kita ingat dan ucapkan setiap saat. Kenapa? Agar cita-cita kita semakin mengkristal dalam kehidupan kita. Jangan pernah selangkah pun surut untuk mewujudkan semua harapan. Percayalah, bahwa apapun yang kita inginkan satu saat nanti akan tercapai. Selalu meyakinilah, bahwa Tuhan akan selalu menyertai siapapun yang memiliki harapan. Tunggulah, satu hari nanti kita akan menikmati perjuangan kita. Serta meyakini tidak ada perjuangan dan pengorbanan yang sia-sia di mata Tuhan.



Tulisan ini juga di posting di site www.teraskatacristal.multiply.com

Seperti Hatimu

....

Gemerlap malam, ketika itu
adalah hamparan berbunga
di mataku

Sebab tanganmu yang menyalakan lentera
lalu membawakan untuk menerangi

Ah,
Aku masih selalu menyimpan itu
mengingat segala rindu yang menjadikan cinta

Menjaganya, agar ia tak padam
sepertimu, hatimu...

Sabtu, 27 Februari 2010

"Pahit-pahit dulu dimakan, berharap, di akhir menelan yang Enak-enak" (catatan yeti.com)


Sengaja, quotation di atas saya ambil sebagai judul. Kalimat provokatif yang terasa sungguh bermakna itu keluar dari Rhenald Kasali, motivator terkemuka negeri ini, yang juga dikenal sebagai bintang produk Tolak Angin.

Malam minggu yang sumringah, sekaligus hening,karena memilih tempat sedikit sunyi dari hingar bingar keramaian, saya putuskan untuk membuka album kliping punya si Mas. Mata saya tertahan pada feature tentang Rhenald Kasali.

.......................................................................................
Ingatan saya melayang pada 10 tahun silam. Saat memulai kehidupan baru dengan status mahasiswi Ilmu Komunikasi di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Rhenald Kasali, adalah figur paling "dihafal" oleh mahasiswa jurusan kami, karena buku-buku yang ditulis beliau kerap dijadikan referensi oleh para dosen kami. Manajemen Public Relations, Manajemen Periklanan adalah "buku wajib" bagi kami untuk masuk dunia PR dan periklanan. Di luar itu, saya juga sempatkan hunting buku Rhenald lainnya, seperti Sukses Melakukan Presentasi.

Saking "cintanya", pada beliau,saya kerap membaca buku-buku itu lagi meskipun sudah tidak lagi kuliah. Saya juga masih ingat, ketika dulu pernah "ngarep" suatu saat dapat bertemu beliau yang alumnus Fakultas Ekonomi (FE) bukan Komunikasi, hehehehe Universitas Indonesia (UI) itu.

Waktu berjalan, dan impian bertemu Rhenald menjadi dokumentasi dalam ingatan saya yang menua. Kiprah beliau saya monitor melalui media saja.

.... Hingga suatu hari, awal tahun lalu, ketika ada kesempatan mengikuti perkuliahan di IMPULSE Jogja, Tuhan memertemukan saya dengan sang guru, Rhenald Kasali.
Ceritanya, saat itu, sebagai acara rutin trimester, digelar orasi ilmiah dengan dosen tamu ahli di bidangnya.

Acaranya berlangsung malam minggu, di kampus teduh Kanisius Jogja. Dengan semangat 45, meskipun Jogja diguyur gerimis, saya berangkat ke kampus. Tema orasi yang memikat, saya lupa judul persisnya, tapi temanya mengenai manajemen komunikasi.
Alhamdulillah, saya dapat posisi strategis. Seat saya tepat di meja podium Rhenald berorasi.

Rasanya seperti mimpi yang jadi kenyataan. Betapa harapan berjumpa dengan Rhenald yang pernah menempuh pendidikan di USA itu, dijawab-NYA justru ketika saya tak lagi menjadi mahasiswa Komunikasi.

Selama hampir dua (2) jam, Rhenald "bercerita" dengan sangat provokatif dan inspiratif. Di akhir kuliahnya, beliau memutarkan film yang juga sarat pesan cerdas dan bijak, Kung Fu Panda.

Usai menuntaskan kuliahnya, Rhenald yang malam itu, sungguh terlihat cakep, hehehehhe, menyalami beberapa mahasiswa, termasuk saya. Beliau menjabat tangan saya dengan hangat dan mantap. Seulas senyum ia lontarkan, sambil menatap saya, beliau berujar, "Lanjutkan perjuangan!". Terasa begitu indah dan dalam. Benar-benar cinta!

Saya yang tadinya ingin meminta tanda tangan (kebiasaan mahasiswa kalo ketemu seleb, hehehehe..) urung demi mendengar kata-kata beliau.
Sungguh saya tak dapat melupakan malam itu!

.......

Malam ini, membaca lagi catatan hidup beliau dan falsafah hidupnya yang begitu "sahaja".
Ia menjalani hidup dengan penuh ketulusan. Sebagian besar hidupnya di-dedikasikan untuk untuk berbuat positif pada sesama.
Baginya, ketulusan dalam melayani orang lain menjadi prioritas. "Saya bertemu dengan banyak tipe manusia. Biasanya, dengan menatap matanya, ada intuisi dalam hati yang memberi tahu orang itu tulus atau tidak," ujar Rhenald.

Ia bertutur, "kesaktian" itu tidak diperoleh dalam waktu singkat. Ibunyalah yang mengajarkan Rhenald kecil untuk tidak pernah sekalipun meremehkan orang lain, siapapun dia.

Rhenald juga bertutur, ketika menempuh SD, dia sempat tak naik kelas. Baginya, peristiwa itu sangat memalukan dan membuatnya terpukul. Apalagi saat itu, orang beranggapan, bahwa tak naik kelas berarti bodoh.

Namun Rhenald kecil tidak berlarut-larut dalam kesedihan. Dia lantas berintrospeksi dan rajin belajar untuk mengejar ketertinggalannya. Di samping ia mengimbanginya dengan berdoa.
Doa yang diajarkan orangtua dan selalu diucapkan oleh ibunya, begini "Tuhan, memang anak saya mampu, berikan dia kesempatan,". Doa sederhana namun indah.

Rhenald mengakui, peran sang ibu teramat besar. Ia ingat sempurna, betapa sang ibu kerap menjemput di sekolah dan memboncengkannya naik sepeda kayuh. Sang ibu pernah mengajak Rhenald ke pasar Taman Puring dan membelikan sepasang sepatu bekas untuknya. Katanya, orang tuanya tidak mampu membeli sepatu baru, karena anaknya lima orang.

Kebesaran Tuhan-lah serta semangat untuk terus belajar membuatnya tidak berhenti pada satu titik. Usai menamatkan pendidikan di FE, UI, Rhenald berangkat ke Amerika untuk melanjutkan study. Ia tidak bermodal uang, seperti anak-anak lainnya. Ia hanya modal "fight" dengan berjuang cerdas mendapatkan beasiswa.

Rhenald menabung kesulitan di awal hidupnya. Ia lakukan dengan ketulusan dan berharap di akhir, akan mengecap yang enak-enak.
Ia membuktikannya kini. Betapa uang dengan mudah "menghampirinya". Namun dengan rendah hati, Rhenald bertutur, orang yang membayar dia dengan mahal, sebenarnya untuk "membeli" waktunya. Karena ketika ada permintaan untuk menjadi pembicara, dsb, dia tengah mengerjakan pekerjaan lainnya, seperti menulis buku.

Uang banyak yang mengalir ke kantongnya, tidak hanya dinikmati sendiri. Bersama sang istri, Rhenald berbagi melalui charity dan membangun perpustakaan serta posyandu. Di samping ia memiliki UKM untuk memberdayakan masyarakat sekitar rumahnya yang putus sekolah.

Sebuah tauladan indah yang layak kita inspirasi. Mari kita mensyukuri hidup ini, melakukan pekerjaan dengan sebaik-baiknya disertai rasa tulus dan ikhlas. berani mencecap "rasa pahit" kehidupan. yakin, suatu hari nanti, rasa pahit itu menjadi rasa lezat tak terkira.


Salam Semangat!

Tulisan ini diperkaya dari sumber Jawa Pos.

Inilah Rumah Kami: Laksana Cinta

Inilah Rumah Kami: Laksana Cinta

Laksana Cinta

...

Selalu saja,
seolah berdenting seperti piano
yang memainkan irama klasik
Seperti gemuruh ombak hendak mencumbui bibir pantai
Hatimu yang menyenandungkan riuh kasih sayang
Teramat sungguh,

Betapa waktu menjadi indah
bahkan ketika kita teramat letih dan lelah
Hati kita saling menghapus penat
menjadi keyakinan tak terbendung

Ah, hanyalah seuntai asa
coba kita rangkai
kelak, di ujung badai
tangan kita semakin saling menggenggam
dan ketika hujan begitu indah
hati kita bertaut hangat...

selalu,

Jumat, 26 Februari 2010

Inilah Rumah Kami: Love is Delicate

Inilah Rumah Kami: Love is Delicate

Love is Delicate


Ada sebuah kalimat menarik ketika membaca tulisan di majalah HAI,edisi valentine belum lama ini.

Begini bunyinya; "Love is Delicate. Ketika Cinta sudah berhasil dipersatukan, Cinta bukan cuma harus dipelihara tapi Cinta juga harus terus dikembangkan."

Menyentuh dan tajam. Benar!

Cinta, hehehehe, perasaan satu ini adalah anugerah paling indah dalam sejarah anak cucu Adam-Hawa. Tak mudah untuk mendedifinisikan apa itu Cinta. Sang pujangga, Sapardi Djoko Damono, yang terkenal dengan syairnya "Aku ingin mencintaimu dengan sederhana,....", pernah mendeskripsikan cinta dengan syairnya yang berujar; Cinta adalah ketika perasaan jatuh cinta sudah padam dan euforia berdebar-debar sudah lenyap, namun aku dan kamu masih memtuskan untuk bersama."

Cukup dalam dan sentimentil. Sapardi melukiskan cinta, sebagai "penerimaan apa-adanya" terhadap dua insan yang jatuh cinta. Bahwa cinta tidak lagi sebatas memandang kecantikan atau kerupawanan, maupun lahiriyah lainnya yang menjadi mula dari perasaan ketertarikan dua orang satu sama lain.

Cinta yang paling dalam, berpuncak pada sebuah komitmen paling agung dan indah dalam kehidupan manusia, Pernikahan. Ketika "perayaan" cinta itu ditahbiskan, justru ketika kedua insan itu hatinya tak lagi diliputi romansa yang menggebu. Kenapa? Karena sudah saling mengenal satu sama lain; Sudah memahami sifat-sifat baik dan tidak menyenangkan yang mereka miliki , ketika segala "keindahan" yang menyebabkan mereka saling jatuh cinta sudah tidak lagi mereka rasakan. Hmmmmm... Ada sebuah penerimaan tulus dan ikhlas dari cinta yang sebenarnya.

Mmersatukan cinta bukanlah sebiah hal yang rumit, tapi juga tidak mudah. Ada banyak tahapan yang dilalui sebelum akhirnya meyakinkan diri, bahwa itu adalah cinta dan merasakan saling cinta.

Benar ketika banyak orang bilang, di awal perjalanan cinta, semua "tampak" begitu indah dan menyenangkan. Tapi bukankah sebenarnya, cinta diciptakan untuk membuat mahkluk di dunia ini berbahagia?

Lalu kenapa keindahan itu akan memudar di tengah-tengah perjalanan? Bahkan bagi sebagian orang, cinta menjadi hal menyakitkan sepanjang kehidupan mereka? Seolah-olah sebuah derita yang tak kunjung berakhir?

Barangkali, benar quotation majalah HAI yang kami cuplik, bahwa cinta tidak cukup dipersatukan saja. Melainkan setelahnya, harus terus dipelihara dan dikembangkan. Dipelihara dalam artian, terus dijaga "ke-sakralannya" seperti ketika saat cinta kali pertama di pertemukan. Dikembangkan, memiliki makna untuk memupuk dan "menguatkan" keberadaan cinta menjadi jauh lebih bermakna, dan kuat melebihi sebelumnya.
Tidak mudah memang. Butuh keihklasan dan pengorbanan kedua belah pihak untuk saling mengerti, memahami dan menjaga perasaan cinta tetap bermekaran, bahkan meski tak lagi musim berbunga.

Semoga, kita adalah orang-orang yang hatinya selalu diliputi romansa cinta dan punya keluasan dan kemauan untuk menjaga cinta dan memerkuat cinta. Sebab, tidak ada kebanggaan yang paling indah, selain memertahankan cinta selama-lamanya.

Salam Cinta,

Wikend..wikend...Wikend..


Rasanya "lamaaa" banget tidak posting tulisan terbaru. Padahal, baru dua (2) hari lalu posting terakhir. Kesibukan menyiapkan masa depan, cieee sejenak menyita waktu dan seolah-olah tidak menyisakan waktu untuk "bercerita."

Wikend yang menggairahkan bagi kami. Setidaknya menjadi "semangat" tersendiri untuk melakukan segala pekerjaan dengan segenap hati. Tentu saja dengan hati yang full happiness.

Benar yach, ketika kita melakukan segala sesuatu, khususnya pekerjaan, dengan hati yang senang, karena itu menjadi kesenangan kita, maka tidak ada lagi beban. Rasa letih terbayar.

Bersantai bersama keluarga, menekuni hobbi dan jalan-jalan adalah pilihan cerdas. Apalagi ini malam minggu. Jadi aroma wikend-nya menjadi terasa istimewa. Hehehehehe....

Kami yakin, teman-teman punya cara lain "menikmati" bukan "menghabiskan" wikend ini. Hmmm..ada aroma masakan yang tercium ke hidung kami, hayooooo....ada yang lagi masak-memasak yach? Hehehehhehe..

Mungkin ada juga yang memilih untuk nonton film di rumah? Memerdengarkan suara empuk dengan karaoke bersama? Apapun itu, pastinya menyenangkan.

Mudah-mudahan, tidak ada teman-teman yang mengeluh bosan dengan libur yang terasa begitu panjang tanpa punya aktivitas apa-apa. Sayang sekali khan?

Selamat wikend, selamat menikmati hari libur dengan suka cita dan selamat berbahagia....


salam sayang,

Rabu, 24 Februari 2010

Belajar Lagi, Coba Lagi...Belajar Lagi..Yuukk...(Curhat Yeti.com)


Ah, rasanya sudah lama sekali sahabat-sahabat saya, especially; Kaka dan Mita, support saya untuk bikin blog. Soalnya, beliau-beliau itu tahu banget, saya suka nulis-nulis. Memang siy kedengarannya telat banget yak, kalo baru sekarang saya mulai "serius" nge-blog. Secara namanya blog, blooger dan apalah tentang blog itu sudah dari kapan tahu (istilah Mita, wkwkwkw).

Waktu itu, masih jaman booming friendster-an, (untuk yang satu ini say thank's saya buat Adi, Jogja, yang udah ngajarin "main" FS).Saya manfaatin "notes" fs buat merangkai imajinasi. Lumayan banyak juga, karena setiap hari selalu ada satu (1) hingga dua (2) postingan.
Hingga era Fs digusur oleh Fb. Saya inget banget, dari Mita-lah, saya banyak tahu soal per-fb-an ini. Sebelumnya, cuman "ngintip-ngintip" sahabat kami, Tommy yang juga udah fb-an, kala itu.

Begitu tahu, kalo di fb juga ada medianya buat nulis-nulis, mulai deh saya "beraksi". Postingan yang biasa di fs "pindah rumah" ke fb. Lumayan banyak juga, karena pernah sehari ada tiga (3) hingga lima (5) postingan tulisan.

Pas lagi asyik fb-an gitu, mulai deh si Kaka, memerkenalkan blog. Kebetulan si jeng satu itu sukanya main-main blog. Beliau pula yang akhirnya dapat "tugas kehormatan" dari CEO untuk create company blog. Sedangkan saya "di-dhapuk" untuk men-support tulisan dan memilih foto.

Memang saya kurang suka ribet, so, tugas saya mencari ide bahan tulisan, pilih foto oke baik akivitas maupun narsis, terus diserahin ke mbak Kaka untuk di posting di blog kami. Tanpa berfikir lebih jauh pernak-pernik blog.

Saya juga inget banget, ketika Kaka dan Mita, men-support saya untuk ikutan lomba blog. Dari yang hadiahnya murah meriah pe juta-jutaan. Mereka bilang, saya support tulisan aja, untuk urusan bikin "rumah" plus tata letaknya, meraka yang ngurusin. Tapi dasar, belum dapat "hidayah" hehehe, saya cuek-cuek aja. Masih asyik nulis-nulis dan nge-tag di FB. Hehehehe.

Barulah sepekan ini, my beloved,yang hobi internetan juga, "mem-provakasi" saya untuk mulai menekuni blog. Okelah, saya setuju. Hehehehe..Bukan okelah kalo beg..beggitu..wkwkwkwkwkw..

Kami berbagi tugas, si mas yang "bikin rumah" dan saya yang akan "mengisi" wisma kami.
Hingga akhirnya, saya mulai berfikir untuk utak-utik sendiri blog kami. Beberapa blog sahabat sempat saya intip, dan inspiratif. Seperti memberikan pencerahan dan tentu saja ide segar. Untuk ini, thank' Hasty, yang kali pertama sudah berbaik hati membolehkan kami main-main ke "kediamannya" yang inspiring dan hoomy.

Tadinya, saya geregetan juga, melihat rumah kami yang masih "seadanya" dan hingga hari in juga masih terus "direnovasi", hehehehe. Sedangkan kediaman teman-teman kami sudah demikian nyaman dan mengesankan.
Tapi, si mas dengan sabarnya bilang, kalau untuk membuat rumah yang bagus dan menyenangkan untuk penghuni dan para tamu, mesti pelahan dan penuh sabar.
Baiklah. Ada benarnya juga!
Saya jadi mulai rajin untuk "bertamu" ke istana teman-teman dan belajar banyak dari kediaman mereka. Disamping tentu saja, terus aktif menulis dan menulis,...hmmm...

"membangun rumah" itu ternyata memerlukan proses panjang dan penuh pembelajaran. Semoga ini dari yang sederhana ini, kelak, suatu hari nanti kami dapat mewujudkan "rumah sebenarnya" yang cozy dan hoomy bagi kami dan tentu saja mereka yang bertandang ke rumah kami, kelak.

Semoga. Bukankah tidak ada impian yang tidak jadi kenyataan. Selama kita mau mengusahakannya. Tentu saja.


Tulisan ini Mita, Kaka, Tommmy dan my beloved, Tri, yang membuatku selalu belajar dan terisnpirasi..

Salam cinta,

Parasmu Menggetarkan Hatiku


...

Mana mungkin kulupa,
Senja itu sepasang matamu berkilat syahdu
Menatapku, tajam

Berkelebatan warna cinta memendar dari parasmu
Seperti bianglala
Seperti air terjun
Seperti gemericik anak sungai
Ah! Seperti segala yang memesona

Senja yang menjemput jelaga malam itu
masih mengiang di nadirku
dan engkau tahu
sejak saat itu,
aku yakin engkau milikku..


di-dedikasikan untuk kalian yang selalu jatuh cinta...

Thank's 2 Facebook!

"Hidup dan kehidupan ini dipenuhi dengan "Kebetulan" yang bukan "Kebetulan" dan selalu ada "Keajaiban" di setiap detiknya"

...Thank's 3 facebook! Lho kok?! Iya, kami say thank u abis untuk media buah dari kecanggihan teknologi ini. Betapa tidak, berkat facebook, kami yang sudah belasan tahun tidak dipertemukan akhirnya berjumpa lagi. Rasanya seperti kebetulan, tapi kebetulan yang bukan kebetulan. Hehehehe.

Berkat facebook pula, kami yang dibentang jarak begitu jauhnya, akhirnya bisa ngobrol dan sharing. Sampai detik ini sih masih merasa "wondering", tapi begitulah kenyataannya. Salut buat facebook.

Makanya, ketika sempat rame-rame ada fatwa facebook haram, kami tidak sepakat. Facebook hanya media, yang menjadi sentral dari segala tindakan baik dan buruk itu tergantung user-nya. Maka kami, lagi-lagi, meng-amini, bahwa tekonologi itu untuk memermudah dan mestinya digunakan secara bijak dan cerdas.

Facebook bisa menjadi"pintu", segala kemungkinan. Hmm, salah satunya kemungkinan bertemu soulmate. Hehehehe..Amiin.

Dua hari lalu, si Ye, baru ketemu dengan sahabat lamanya waktu SMU kelas 1 di Porong Sidoarjo. Ya gara-gara facebook juga.
Ceritanya, Ye dan Novi, dulu sempet satu (1) kelas ketika kelas 1.
Sampai Ye pindah ke Bali persahabatan terus berlangsung. Bahkan hingga Ye kuliah di Jogja dan Novi di Surabaya.
Hingga semester pertengahan sekitar tahun 2002 masih terjalin komunikasi.
Hingga, Ye kehilangan file alamat teman-teman dan itu yang membuat kontak terputus.

Kalau dihitung siy sudah hampir delapan (8) tahun tidak ketemu. Finally, sepekan ini kami dipertemukan lewat facebook. Thank's God! Kami bisa melepas rindu dan dijumpakan lagi.
Thanks' facebook make it happen.

TOP dah buat facebook...Teman-teman punya cerita soal facebook dan pertemuan indah? Di share yach...
(Jadi seperti mendengar lagunya Gigi yang berunsur facebook, hehehehehe)


Tulisan ini kami dedikasikan untuk "kami", sahabat terkasih,Novi Yanti Brail dan teman-teman yang punya kisah dengan facebook.

Salam dari hati,

Cilok dan Kopi Jahe


Menikmati siluet malam yang bertabur bebintang,


Hmmm,...sedang ingin ngobrolin remeh-temeh, setelah beberapa hari berkutat dengan kesibukan menyiapkan masa depan. Hehhhee.
Selain rumpian tentang cinta, diskusi soal makanan udah pasti masuk list "tema yang seru" untuk diperbincangin versi famili 100. Hehehehe.
Maka pilihan kuliner, jatuh pada cilok dan kopi jahe.
Cilok, kalo kata orang Bandung, aci dicolok itu jadi "snack" favorit kalo ketemu. Ups! Bola-bola daging, aslinya siy banyakan kanji itu, kekekekek, setelah eksperimen sana-sini, kami baru meng-amini, kalo pentol itu lebih sip dan oke bila dicocol dengan saus, kecap dan sambal botolan yang ber-brand. Hmmm...Selain lebih "nendang", juga higienis dari sisi kesehatan. Yaillah...

Memang, ada juga penjual cilok yang menyajikan jualannya itu bukan dengan saus dan kecap, melainkan bumbu kacang. Ini lebih asoy geboy lagi. Hmm, perpaduan yang unik dan maknyuss!
wutss!
So, makanan yang kalo kebanyakan disantap, bakal bikin perut kenyang ini jadi jajanan semi wajib buat kami kalo lagi ketemu.
Hmmm, sebagai teman untuk berbagi cerita, ada lagi "menu wajib" kami, kopi. Kebetulan sama-sama suka minuman ber-kafein ini. Beberapa merek pernah kami nikmati bersama, dan lagi-lagi setelah trial and error, kami menemukan paduan kopi yang "sip". Apalagi kalo bukan kopi jahe. Eits! Bukan sembarang jahe, tapi pake serbuk jahe.

Untuk urusan kopi ini, kami pernah hunting hingga ke Bangkalan, demi menikmati secangkir kopi. Pinginnya siy suatu hari punya kesempatan untuk menjelajah lebih banyak tempat lagi untuk merasakan kenikmatan kopi. Semoga.
Percaya tidak percaya, rasa kopi itu ternyata ada hubungannya dengan suasana hati. Kalo pas sedang rileks, bahagia, rasa kopi yang diracik lebih banyak pas dan enak. Tapi, jangan coba-coba bikin kopi dalam kondisi hati sedang dramatis atau bad mood, sudah dapat ditebak, rasa kopi sangat amburadul. Hehehehhe.

Selamat ngopi, selamat bersantai dan mari kita berbagi hati!

Salam dua hati,

Selasa, 23 Februari 2010

Yuuk Tidak Henti Bermimpi!


Oleh-oleh dari seminar Human Resources Development, organized by Jhon Robert Powers, Shangrilla Hotel, Surabaya, 20 Februari 2010.

"Tuliskan impian anda setiap waktu, fokus pada impian itu, dan jangan berhenti untuk mimpi-mimpi yang lain!", begitu yang disampaikan Mr. Toninardi Wijono, salah satu trainer dalam seminar Human Resources Department yang diaransemen Jhon Robert Powers.

Ungkapan itu seolah menggugah semangat kami, untuk meyakini kebenaran, bahwa segala hal yang pernah dan akan kami impikan, kelak suatu hari akan menjadi kenyataan.
Mr Toni yang alumnus Advance Leadership Training of Hawai ini juga memotivasi untuk tidak malas menuliskan apa yang menjadi impian kami. Sebanyak apapun itu. Serta menuliskannya tanpa ragu.

Memang sih, sering kami mendengar cerita rekan dan sejawat yang acapkali "mengecilkan" makna impian. Bahkan, tak jarang mereka enggan untuk berkeinginan. Karena menganggap, harapannya terlalu tinggi dan takut kecewa bila keinginan mereka tidak tercapai.

Padahal, menurut Mr. Tony, dengan berani bermimpi, kita senantiasa memiliki motivasi dan semangat untuk menggayuh impian.

"Bagaimana mungkin anda dapat mencapai sesuatu sementara anda tidak pernah sekalipun memimpikannya?!, begitu kata Mr Tony yang pernah berkarir di PT Buanatirta Adijaya RELAXA, Pasuruan ini.

Hmm,...mendengar "gugahan" itu jadi semakin mantap saja hati ini untuk terus bermimpi. Menuliskan semua keinginan dan memerjuangkannya menjadi kenyataan. Dreams Come True!

Memang, untuk mencapai semua obsesi, butuh kerja "Cerdas" dan tentu saja kesabaran. Benar, seorang bijak pernah bertutur, kebesaran Roma tidak dibangun dengan semalam. Artinya apa? Di sana ada perjuangan, pengorbanan, keyakinan dan tentu saja ketulusan dan kesabaran.

Seringnya sih kita tidak sabar. "Kesabaran ada batasnya". Padahal, kalau saja mau jujur, yang dinamakan sabar itu tidak ada batasnya. Hehehehe...
Tidak sabar untuk sukses, tidak sabar untuk bahagia, dll.

Kerap kita mengeluh mendapati kenyataan tidak sesuai harapan. Menemui hambatan sedikit, sudah berfikir untuk "berhenti". Memang itu manusiawi.
Tapi, dengan mengingat dan membaca kembali impian-impian kita yang belum tercapai, rasanya kok sayang yach untuk bilang "sudah" dan "berhenti".

So, jangan lelah untuk bermimpi dan mencatatkan setiap impian. Luangkan waktu untuk membaca ulang obsesi kita lalu me-review-nya, sudah sejauh mana usaha kita untuk menjadikannya nyata.

Hmm,...jadi ingin mengamini sebuah ujaran, "Tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Jika kita mau bermimpi dan mengusahakannya menjadi kenyataan indah. Ketidakmungkinan akan menjadi ketidakmungkinan selama kita meyakini bahwa itu memang tidak mungkin."
Yuuk terus bermimpi dan meyakini Dreams Come True....(jadi pingin denger lagunya Westlife, I have a dream....). Hehehehehe..

Salam impian dari kami,








Senin, 22 Februari 2010

Mari Membumikan Tradisi Menulis!

MEMBACA berita koran ini Rabu, 10 Februari halaman 44 bertajuk Siswa TK Belajar Ilmu Koran, seolah menerbitkan keyakinan saya tentang impian sebuah dunia yang dipenuhi generasi cinta baca dan menulis bukan lagi sekedar mimpi. Kegembiraan 350 anak-anak SDIT Bina Insan Cendekia (BIC) Pasuruan, belajar seluk beluk dunia koran seperti menjadi “ruh” bagi tumbuhnya generasi penerus yang mencintai tradisi intelektual. Setidaknya saat ini menjadi pelipur di tengah keprihatinan bahwa di tengah pesatnya kemajuan teknologi yang berimbas pada ditinggalkannya dunia membaca dan menulis, masih ada bibit-bibit penerus bangsa ini yang memiliki rasa keingintahuan dan keinginan untuk belajar bagaimana menjadi pencatat sejarah di masa depan.

Kenapa begitu? Ya! Derasnya perkembangan teknologi informasi dengan segala hiruk pikuknya saat ini seolah menjadi milik siapa saja. Tumbuhnya media televisi yang menyuguhkan tontonan 24 jam menyita waktu anak-anak, remaja hingga orang tua untuk tidak beranjak dari depan kotak ajaib yang disebut pakar komunikasi Universitas Padjajaran Bandung, Djalaluddin Rahmat sebagai Tuhan kedua. Tak cukup itu, lahirnya televisi kabel pun seolah menambah marak jagat hiburan. Kini, “kemeriahan” itu ditambah lagi dengan “dunia maya” yang kian meninabobokkan siapa saja yang bisa mengaksesnya. Akibatnya apa? Sudah bisa ditebak, anak-anak lebih tertarik nonton televisi atau main games dan internet daripada membaca atau menulis.

Menjadi pemandangan biasa, bila kini generasi muda yang notabene pelajar lebih menggemari berkunjung ke warnet atau game zone bukan ke perpustakaan atau toko buku. Bagi mereka yang mampu membeli gadget, semakin lebih mudah dalam mengakses dunia cyber itu. Bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja. Cukup sekali sentuh, ribuan bahkan jutaan situs dapat ditelusuri dengan instan. Tanpa perlu berburu data ke lapangan atau perpustakaan.

Setali tiga uang, pelajar dan mahasiswa yang sehari-harinya berkutat dengan tugas paper, makalah dan karya tulis lainnya, kesulitan untuk menuangkan ide atau gagasan mereka dalam dunia tulisan. Bahkan akhirnya memilih jalan tempuh dengan membayar orang untuk mengerjakan tugas menulisnya. Ironis!

Di kalangan pendidik pun, kerap kita jumpai betapa sulitnya menggugah semangat mereka untuk menulis. Bahkan menjadi beban tersendiri ketika mendapatkan tugas untuk menghasilkan karya tulis sebagai syarat untuk mengajukan usulan sertifikasi. Ini dimaklumi, guru berkutat dengan aktivitas mengajar sehingga “lupa” bahwa sebenarnya memiliki tanggung jawab untuk menghasilkan karya tulis untuk dibagi kepada khalayak.

Menulis, bila dipahami, merupakan sebuah proses kreatif untuk melahirkan ide maupun gagasan brilian sekaligus transfer of knowledge bagi pembaca. Ini sebuah proses tidak mudah. Itu sebabnya, sebelum menulis, seorang penulis perlu melakukan observasi maupun riset kecil-kecilan. Kenapa begitu? Agar tulisan kita kaya dengan referensi, “tepat” sasaran dan mampu memberikan pengaruh positif bagi pembaca.

Memang, aktivitas menulis ini membutuhkan waktu cukup serta kesabaran dalam berproses menghasilkan tulisan berbobot dan mampu menginspirasi. Namun jika terus menerus dilatih dan menjadi kebiasaan, maka kegiatan ini menjadi sesuatu yang menyenangkan. Bukan tidak mungkin, aktivitas ini bila terus dipupuk akan menghasilkan nilai ekonomi dan tentu saja kebanggaan tersendiri karena mampu memberikan pencerahan bagi banyak orang.

Kebiasaan menulis bisa dimulai sejak dini. Sejak anak-anak mulai kenal dan diperkenalkan dengan alfabet. Bisa dimulai dengan mengajak anak untuk mencintai baca. Memang, dalam proses ini, orang tua sangat berperan dalam membidani kelahiran generasi yang cinta baca dan menulis. Orang tualah yang menjadi pusat bagi anak untuk kenal dengan tradisi baca tulis. Bagaimana mungkin seorang anak akan suka dan cinta baca dan menulis jika kedua orang tuanya lebih asyik nonton televisi atau main internet? Disadari atau tidak, perilaku dan kebiasaan anak adalah cerminan seperti apa kedua orang tuanya dalam bersikap dan berperilaku.

Mengakrabkan dunia baca dan menulis sebenarnya sama mudahnya dengan mengenalkan mainan pada anak-anak. Saat ini sudah banyak buku yang dikemas dengan tampilan menarik dan menggugah keingintahuan anak untuk “menyentuh”, dan “bermain-main” dengannya.

Mengenalkan betapa asyiknya membaca dan menulis pada anak-anak, semudah memilihkan makanan sehat dan bergizi pada mereka. Pada fase inilah peran serta orang tua dan guru di sekolah menjadi poin penting.

Guru di sekolah sekali waktu dapat mengajak anak didik untuk berekreasi cerdas dengan mengunjungi toko buku. Piknik edukasi juga bisa dilakukan dengan mengajak siswa bertandang ke media cetak. Seperti yang dilakukan para siswa SDIT Bina Insan Cendekia Pasuruan, belum lama ini dengan berwisata ke koran ini. Di penerbitan, siswa diajak untuk mengenal lebih dekat dunia persuratkabaran. Kegiatan semacam ini selain menambah wawasan juga melatih rasa percaya diri anak. Kenapa? Karena pada kesempatan itu, siswa dapat mengajukan pertanyaan pada awak redaksi. Sebuah aktivitas yang tidak semua orang mampu melakukannya, karena dibutuhkan mental meskipun hanya sekedar untuk bertanya.

Usai berkunjung ke toko buku, perpustakaan atau media, anak-anak diberikan tugas untuk menuliskan hasil kunjungan dengan gaya dan bahasa mereka sendiri. Anak-anak diberikan kebebasan untuk menuangkan idenya tanpa batas. Bisa menulis puisi, pengalamannya bertemu wartawan dan sebagainya. Hasil karya siswa dapat di pajang untuk diberikan komentar dan apresiasi. Dengan begitu, muncul rasa kebanggaan anak, bahwa mereka dapat menghasilkan karya yang bisa dinikmati oleh orang lain.

Dukungan media dalam hal ini juga dibutuhkan. Sebagai salah satu bentuk tanggung jawab media untuk mencerdaskan bangsa, dapat diwujudkan melalui penyediaan kolom khusus untuk menampung kreativitas pembaca. Seperti kehadiran rubrik Colosseum koran ini setiap Minggu. Semoga ini akan menjadi embrio dalam “membumikan” tradisi menulis di masyarakat.

Alangkah indahnya dunia ini, jika di setiap sudut yang kita jumpai, dapat kita saksikan betapa antusiasnya anak-anak, remaja dan dewasa berjibaku dengan buku dan menulis. Mereka memadati perpustakaan dan toko buku untuk berburu informasi. Tentunya itu bukan impian semata, melainkan akan menjadi kenyataan suatu hari nanti. Mari kita tumbuhkan virus menulis dan mencintai membaca!

“Jika kita tidak mampu meninggalkan emperium sebagai warisan bagi generasi, maka tulisan-lah yang mampu kita tinggalkan sebagai bukti bahwa kita pernah ada.”

*Yeti Kartikasari,

Penulis lepas dan pemerhati pendidikan anak

Email/fb; ykartikasari@yahoo.com.


Tulisan ini dimuat di Jawa Pos Radar Bromo, Minggu, 21 Februari 2010

Minggu, 21 Februari 2010

Cerita Tentang Rindu

21 februari 2010

Ingin sejenak meliputi hati pada rindu dan kerinduan. Sebab, dua hal itu sama menariknya dengan ketika bicara cinta dan jatuh cinta.
Rindu pada apapun yang pernah dan ingin kita miliki "sebagai dan untuk" kebahagiaan.

Seperti halnya kami yang rindu pada keinginan untuk "kejayaan" dan kegemilangan. Rindu menikmati waktu untuk orang-orang tercinta, rindu menghabiskan pagi dengan anak-anak yang menanti kami di meja makan untuk sarapan bersama. Rindu menikmati senja bersama orang tua dan sahabat di beranda rumah sambil menghirup kopi atau teh bersama.
Sebuah impian sederhana saja.

Seperti hari ini, ada kerinduan terbata-bata pada kebahagiaan yang tengah kami rintis dan titi. Ibarat sebuah tangga yang entah akan menuju lantai berapa. Tidak ada yang bisa memberikan kami janji, bahwa di lantai sekian, kami akan menemukan apa yang kami inginkan. Tapi kaki ini harus terus menuju. Meski nafas tersengal dan keringat sudah mulai berjatuhan. Hanyalah keyakinan, nanti pada saatnya, ketika lelah di puncak, dan amarah hampir menjadi dewa, kami akan berhenti pada impian. Tapi tunggu dulu! Suara hati berbisik, ternyata pada saat menemukan harapan pun, kami tidak boleh berleha-leha berhenti. Karena masih ada lagi yang kami kejar. Hmmm...

Rindu dan kerinduan, sama halnya dengan cinta. Keduanya berpuncak pada hal yang sama, kebahagiaan. Ah, hanyalah sebait asa saat letih ini mulai berkata, semoga kami tidak pernah putus asa pada segala garapan. Sebab, inilah ujian untuk mencapai kerinduan, nanti, pada saatnya.

Sabtu, 20 Februari 2010

Mozaik


21 Februari 2010

..Seperti serenada saja hidup kita. Mengalunkan tembang-tembang yang tidak selalu sama dengan kemarin pagi atau sekian bulan lalu. Saat kita masih tertatih memahami perasaan yang datang silih berganti.

Betapa perjalanan waktu adalah kita yang mengumpulkan remik mosaik yang tercecer di sudut ruang masa lalu. Mencoba merangkaikannya dan membentuknya lagi menjadi impian yang kita genggam, dan kenyataan untuk kita kejar.

Tertatih, dan kadang merasa rapuh dalam ketegaran. Tapi inilah hidup kita.
Hanya meyakini saja, bahwa ada "tangan" tak terlihat yang menguatkan dan menghapus arimata ketidakpercayaan kita pada keajaiban.
Semoga, esok, kita temukan mosaik yang indah lebih dari apa yang kita inginkan, pada kepingan mosaik yang tengah kita untai, hari ini.

Rabu, 17 Februari 2010

Love from Bangkok

Kenangan Untuk Bangkok

Melamunkan bening hatimu seperti menatap kemilau sungai Chao Phraya yang ditimpa matahari senja.
Kita pernah mengukirkan kisah pada langit Bangkok yang menawan.

Satu hari nanti, engkau akan menjemputku dengan lusinan kembang sepatu. Kita pernah menggumamkan doa yang sama, tentang cinta yang merekah-rekah seperti kue kukus merona merah muda dan hijau.
Kerinduanku hadir lagi, pada pasir Pattaya, saat kau guratkan namaku sebagai pemilikmu.

(serpihan, 13-14 Februari 2010)


Blogger Layouts by Isnaini Dot Com. Powered by Blogger and Supported by Landscapes Design